Definisi psikologi pendidikan
Para ahli menjabarkan definisi teknologi pendidikan sebagai berikut :
psikologi pendidikan adalah sebuah pengetahuan berdasarkan riset psikologi yang menyediakanserangkaian sumber-sumber untuk membantu anda melaksanakan tugas seorang guru dalam proses KBM secara lebih efektif. Daniel Lenox Barlow (Educational psychology: The Teaching Learning Proses, 1985) 
psikologi pendidikan adalah studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia. H.C. Witherington (Educatonal Psychology)
Dari beberapa teori para ahli mengenai definisi psikologi pendidikan, saya dapat menyimpulkan bahwa psikologi pendidikan adalah adalah cabang dari ilmu pengetahuan psikologi yaitu ilmu yang mempelajari dan mengamati obyek dalam bidang pendidikan dalam berinteraksi atau dengan lingkungannya dalam memberikan pembelajaran.


2.      Manfaat psikologi pendidikan setelah mendapatkan perkuliahan psikologi pendidikan.
Pendidikan sebagai suatu proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya fikir (intelektual) maupun daya perasaan (emosional), menuju kearah tabiat manusia dan manusia biasa. Manfaat Psikologi Pendidikan adalah untuk membantu memecahkan persoalan pendidikan dan penyelesaian suatu persoalan kadang dipandang sebagai salah satu bentuk pengetahuan yang tinggi. Seorang sarjana teknologi pendidikan khususnya pada konsentrasi perekayasa pembelajaran pada akhirnya akan membuat suatu media pembelajaran yang dapat membantu guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Bidang kajian ilmu psikologi pendidikan mempunyai peran yang sangat penting bagi saya, yang akan bergerak dalam bidang ini tentunya. Psikologi pendidikan membantu saya dalam membuat media pembelajaran yang dapat membantu guru dalam memecahkan persoalan pendidikan serta mengetahui perbedaan karakteristik dan pola pikir anak didik.

3.      Materi yang selama ini dipelajari
Selama perkuliahan psikologi pendidikan, terdapat beberapa kelompok yang mempresentasikan hasil diskusi kolompok mereka masing – masing. Salah satu materi kelompok adalah
Teori-teori yang menekankan keseluruhan dari pengalaman
Pendekatan Gestalt
pencantuman pengalaman dalam konsep belajar berarti bahwa pendekatan pada peserta didik situasi belajar dengan sebuah perilaku yang kompleks dan kemampuan digambarkan oleh pembelajaran sebelumnya. Dia memiliki beberapa harapan pada dirinya sendiri dan mempelajari keadaan secara umum. Dia dalam keadaan menginisiasi, mengakhiri, dan menyutradarai pembelajarannya sendiri, dalam batas yang dibebankan berdasarkan kemampuan dan pengalamannya. malahan dari respon kepada situasi belajar dalam masa yang spesifik, stimulus yang diisolasi, dia mempersepsinya sebagai suatu keseluruhan dan respon kepada elemen yang terlihat signifikan untuknya. efeknya, peserta didik mengorganisasi stimulus yang pergi untuk membuat situasi belajar kedalam beberapa pola atau keseluruhan yang memiliki beberapa makna untuknya. Apa yang peserta didik persepsi untuknya adalah "Gestalt" kata dari Bahasa Jerman untuk "Bentuk" atau "Konfigurasi"
Berdasar pada psikolog Gestalt: belajar adalah mengalami "insight" (pengetahuan, wawasan yg dalam). Anak mencoba untuk membedakan maksud/arti dari kata yang tidak familiar dengan menggunakan puzzle, boleh jadi itu terdengar 'fonetis', berfikir apa kata familiar yang mirip, dan mencoba untuk melihat hubungan pada sisa kalimat.Disisi lain, dia menggunakan pengalamannya untuk mencoba kemungkinan yang lain dan mencoba untuk menghubungkan apa yang dia persepsi  kepada ide yang lebih besar yag dimasukkan kedalam kalimat.
Teori Gestalt diambil dari aspek nilai behaviorisme seperti "insight", dimana berguna untuk dalam menjelaskan problem solving dan memiliki sedikit tempat dalam kondep belajar populer dan tradisional.
Teori Medan
Diperkenalkan oleh psikolog yang bernama Kurt Lewin (1935, 1938, 1951)
Yang menarik disini adalah setiap objek memiliki sebuah "medan dan kekuatan" yang apat menggerakannya, merubahnya, menegaskannya, atau membeikan derajat atau stabilitas dan subtansi. Merujuk kepada Lewin, perilaku setiap manusia pada saat tertentu diberikan efek jaringan dari kekuatan mengoperasikan secara simultan pada psikolgi medannya. Tingkah laku, harapan, perasaan, dan kebutuhan dari setiap individu terdapat kekuatan internal  yang berinteraksi dengan kekuatan luar dan menolong untuk menentukan respon untuknya.
Perubahan pada kekuatan juga merubah tingkah laku. Para psikolog medan menyatakan bahwa lingkungan dipersepsi oleh individu.
untuk memahami psikologi anak, orang dewasa harus mengembangkan empati atau sensitifitas tinggi bagi perasaan dan tingkah laku anak. jika orang dewasa hanya focus pada psikologi/perasaannya saja tanpa memikirkan anak, mereka akan terus salah paham mengapa anak berperilaku dan bereaksi sebagai mana mereka lakukan.
Kerja dari teori medan diperpanjang oleh beberapa idea dari psikologi gestalt dalam hal ini mengenai aspek “keseluruhan” dari tingkah laku dan “struktur” dan apa yang dipersepsi oleh individu. masing-masing penekanan adalah ketertarikan guru, yang juga menyetujui “keseluruhan tingkah laku” dan yang mencoba “struktur” situasi belajar-mengajar. tentu saja satu dari kontribusi yang utama dari teori medan adalah gagasan bahwa guru dapat membangun dan membangun ulang sebuah situasi untuk menghasilkan berbagai emosi atau iklim sosial, pada gilirannya, memiliki efek yang berbeda pada proses belajar siswa.

Belajar sebagai Pemecahan Masalah:
Pendekatan Kognitif
Beberapa tahun sebelum Pavlov dan para penganut gestal memulai pemisahan dalam studi dari pembelajaran. John Dewey mengambil tugas dari analisa dan pemahaman proses belajar dari perbedaan secara keseluruhan cara pandang. satu perbedaan yang khusus pada pendekatan dewey mengenai keanekaragaman proses belajar yang berlangsung didalama kelas.Sedangkan conditioning dan psikologi penguatan, sebaik para penganut gestalt, utamanya mengenai eksperimen laboratorium. Dewey menghasilkan penelitian yang tidak formal: Malahan dia menganalisis, memeriksa, dan menarik teori. Dia tidak mencoba teorinya di laboratorium, walaupun dia mengujinya keluar dari ruang kelas dalam prakteknya.
Barangkali karena dewey lebih menekankan pada praktek dibandingkan penelitian. Selanjutnya, teori dewey dikonstruksikan pada skala yang lebih besar, lebih lagi dengan analisis akurat dari bagian terkecil dari proses belajar. teorinya oleeh karena itu sulit untuk diujikan, menggunakan metode penelitian yang tersedia untuk psikologi pada saat itu. hanya baru-baru ini bahwa peneliti telah mengembangkan metode dan barangkali kecenderungan untuk meletakkan teori dewey untuk diuji. sebagai contoh, persentase pertumbuhan pada artikel penelitian dalam jurnal psikologi pendidikan mengenai motivasi siswa, pandangan siswa pada dunia sosialnya, dan dinamika sosial dalam kelas. ketertarikan yg teliti adalah studi berusaha untuk menguji ide dewey bahwa metode demokratis bagaimanapun juga, arti pentingnya untuk menolong siswa belajar bagaimana fungsi dalam sosial demokratis.
Dewey menekankan pada pentingnya pengalaman anak/siswa.
setelah sekian tahun, konsep dan teori dewey terus berkembang. Hari ini kita focus kepada belajar yang menghubungkan antara anak dan lingkungan sosialnya.
Baru-baru ini eksponen problem solving dalam pendidikan adalah Jerome S. Bruner, sebuah percobaan dari psikolog ini yang tertarik pada praktek masalah dalam mengajar matematika pada siswa. Bruner (1961) telah membuat menggunakan konsep Gestalt sebagai “feedback” sebuah proses untuk para siswa membuat koreksi dan penyesuaian dalam strategi pemecahan masalahnya sebagai sebuah hasil dari persepsi yang salah. Discovery adalah bagian yang penting dalam pemecahan masalah yang efektif.
Seperti dewey,Bruner bersikap pragmatis dan praktek. Dia menyatakan bahwa belajar adalah menggunakan informasi seefektif mungkin. ini berarti guru harus empati kepada siswa. melihat problem yang dihadapi oleh siswa, dan menyediakan informasi yang konsisten dengan perspektif siswa. bruner juga melihat bahwa goal dari proses belajar mengajar sebagai produksi siswa yang independen/ mandiri.
Teori lain adalah milik David P. Ausubel, bahwa kogitif teori di sekolah menekankan pemahaman sebagai membandingkan dengan belajar menghafal. Ausubel juga mengambil posisi para gestalist ketika dia memelihara bahwa struktur pengetahuan yang dipelihara siswa mendefinisikan kondisi, mendeterminasi, dan menghasilkan kemahiran dalam pengetahuan baru.
Konsep Phenomenologi dalam proses belajar
Pendekatan penomenologi adalah penekanan utama pada proses belajar adalah persepsi.Dimana siswa melihat situasi tertentu dan ia menemukan dirinya sendiri.tokoh phenomenology yg banyak berbicara mengenai pendidikan adalah Arthur W. Comb dan Donald Snygg.
Perubahan perilaku karena adalah hasil kita memandang atau mempersepsi diri kita dan lingkungan. belajar adalah sebuah proses yang normal dan natural.
Seorang psikolog Hermann Ebbinghauss, mencoba sebuah proses belajar dengan berbagai macam material, sebagian bermakna dan sebagian lagi tidak.Dan diuji coba kira-kira sepuluh kali. Ketika siswa mengerjakan materi untuk dipelajari yg tidak bermakna bagi mereka, mereka belajar hanya dengan sangat susah karena materi ini, sejauh ini bagi mereka fokuskan, tidak lebih dari omong kosong. Faktanya, itu adalah kesewenang-wenangan pengerjaan yang dilakukan dengan berbagai makna untuk siswa, tetapi tidak berbagai macam dari makna yang memimpin banyak daya ingat.
Hubungan lain adalah yang dibawa oleh comb dan snygg adalah observasi mereka bahwa anak tidak bisa untuk mengatasi masalah yang mereka tidak miliki, yakni pertanyaan atau penugasan yang meereka tidak persepsi atau percobaan sebagai masalah- karena masalah tidak ada hubungannya dengan kehidupan mereka sehari-hari atau pengalamannya.
Snygg dan comb membuat tiga rekomendasi untuk sekolah yang ingin memfasilitasi belajar dengan menggunakan pengalaman siswa.
Pertama, sekolah harus menyediakan kesempatan bagi siswa untuk berfikir tentang dirinya sendiri sebagai sebuah respond an kontribusi anggota masyarakat. siswa harus diberikan kesempatan yang luas untuk mengidentifikasi dan menerima secara sosial individu yang diinginkan dan kelompok yang didambakan. siswa yang mengidentifikasi dirinya sendiri dengan masyarakat akan tidak menyerangnya sebagai sebuah kesalahan.
Snygg and Combs memelihara bahwa pendekatan mengimplikasi sebuah kelas yang democrat, sebuah kelas dimana para siswa ditolong untuk mengembangkan rasa personal, adalah semangat untuk berpartisipasi secara bebas dalam aktivitas kelompok, dan diizinkan to mengekspresikan pendapat dan perasaan secara bebas dan terbuka kepada orang dewasa.
Kedua, siswa harus memiliki kesempatan untuk sukses dan diapresiasi berdasarkan pencapaian positif dan pencapaian yang produkstif. siswa harus merasa cukup aman dari penghinaan untuk menghadapi defisiensi dan ketidakcukupan dan untuk sepakat dengan mereka secara objektif.
Ketiga, sekolah harus mengambil keuntungan dari kemudi yang universal dalam kemanusiaann, mirip dewasa dan anak. untuk mencapai potensi terbaik mereka dan untuk mengemabangkan efisiensi dan kecukupannya. Jika sekolah dapat mencapai tujuan yakni tujuan natural dari kemudi ini. mereka akan tidak punya untuk bergantung pada simulasi buatan dari kompetisi dan sistem buatan yang tradisional.
Mengajar untuk Menguasai
Benjamin S. Bloom focus pada tingkah laku yang dikembangkan siswa adalah hasil pengalaman mereka di sekolah dan khususnya dengan efek bahwa kegagalan konsep diri mereka sendiri. pendekatan Bloom untuk mengajar menekankan pada keahlian dengan masing-masing siswa berasal dari materi yang ada pada kurikulum. Bloom menjaga bahwa kebanyakan guru mengharap bahwa hanya satu dari ketiga siswa mereka akan mendemonstrasikan belajar secara cukup, dan satu dari tiga yang lain akan menggagalkan atau hanya “dapat dari” dengan sisa yang lain diantaranya. Dia menjaga bahwa lebih dari 90 persen siswa dapat menguasai materi dalam kurikulum. Mayoritas gagal untuk melakukan secara sebagian karena kurang sempurnanya metode dan desain kurikulum dan sebagiannya karena guru mereka tidak berharap untuk menguasai mereka. Bloom menjaga bahwa perbedaan diantara siswa tidak dalam kemampuan mereka untuk menguasai materi tetapi dalam jarak dari belajar.
Merujuk pada Bloom, 90 persen siswa dapat menguasai materi sebuah mata pelajaran apabila disana ada desain besar dari materi yang dikombinasikan dengan frekuensi evaluasi tes yang dapat memberikan balikan kepada siswa sebagai hasil dari progress mereka, dan jika keduanya siswa dan guru mengerti apa yang diharapkan dari mereka. Metodenya juga membuat pertimbangan digunakan siswa bekerja sama dengan yang lain dan kadanga-kadang dalam kelompok tutorial kecil. Guru yang sudah menggunakan metode Bloom pada umumnya menghasilkan hasil yang baik.
Hasil utama dari belajar untuk menguasai merujuk pada Bloom, adalah efek yang terjadi pada konsep diri siswa.
Kontroversi antara humanism dan behaviourisme
Tokoh behaviorisme adalah B.F Skinner sedangkan tokoh Humanisme adalah Carl Roger. Para penganut behavior lebih cenderung untuk menjelaskan perbedaan didalam tingkah laku dalam lingkungan dan tertarik terutama dalam menemukan jalan untuk memanipulasi lingkungan dalam terutama tentang perubahan dalam tingkah laku.mereka memanddang bahwa peran guru sebagai pengguna dari kombinasi reward dan hukuman dalm hal ini untuk membuat lingkungan kelas yang mensimulasikan lebih banyak proses belajar. Para penganut humanism berpikir belajar sebagai cara dalam hal ini pengembangan individual dalam keunikannya dari pengaturan lingkungannya dan mencapai potensi terbaiknya. Behaviorisme memandang proses belajar sebagai sesuatu yang ditimbulkan oleh siswa karena lingkungannya. humanism memandang itu sebagai proses yang tidak dapat dihindari dan unik dari setiap individu. Pada bab ini, classical dan operant conditioning menjelaskan proses belajar adalah behavioristih yang essensial, sedangkan gestalt, teori medan, kognitif, dan teori phenomenology dan yang lainnya atau sedikit humanism.
Skiner melihat orang sebagai suatu bentuk mekanik, tidak mampu membuat pilihan yang rasional dan hanya mampu bereaksi untuk mentimuli lingkungannya.Roger menjaga bahwa individu dapat membedakan, tanpa pertolongan dari luar, memimpin selaras tingkah laku sosial.skinner focus tentang control eksternal, meskipun roger melihat untuk jalan mengeliminasi control eksternal.
Dua posisi adalah tidak dapat didamaikan dan berlawanan, merujuk pada Swaim. Sejauh ini pendidikan adalah difokuskan, Lingkungan sekolah yang ideal menurut skinner adalah yang menyediakan control akurat dan keluaran yang dapat diprediksi. Keinginan Roger sebuah lingkungan pendidikan yang menerima pilihan personal maksimum untuk peserta didik.Swaim mengobservasi bahwa keduanya skinner dan roger memiliki sesuatu yang berharga untuk menwari guru, tetapi teori mereka harus digunakan secara selektif dan dipilih. Pendekatan Skiner, sebagai contoh dapat digunakan dalam mengajar keterampilan yang spesifik, dan gagasan roger dapat diaplikasikan untuk menolong peserta didik yang memiliki masalah dalam penyesuaian.


4.      Penerapan model Gestalt dalam psikologi pendidikan
Berdasar pada psikolog Gestalt: belajar adalah mengalami "insight" (pengetahuan, wawasan yg dalam). Anak mencoba untuk membedakan maksud/arti dari kata yang tidak familiar dengan menggunakan puzzle, boleh jadi itu terdengar 'fonetis', berfikir apa kata familiar yang mirip, dan mencoba untuk melihat hubungan pada sisa kalimat.Disisi lain, dia menggunakan pengalamannya untuk mencoba kemungkinan yang lain dan mencoba untuk menghubungkan apa yang dia persepsi  kepada ide yang lebih besar yag dimasukkan kedalam kalimat.

Teori Gestalt diambil dari aspek nilai behaviorisme seperti "insight", dimana berguna untuk dalam menjelaskan problem solving dan memiliki sedikit tempat dalam kondep belajar populer dan tradisional.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

6 Jurusan Paling Diminati Oleh Mahasiwa

TeoRi KomuNikaSi